Kamis, 18 Oktober 2012
Minpi Besarku
Lirik Lagu Rini Idol - Mimpi Besarku
Tak bisa aku melupakanmu
Walau kau bukan milikku lagi
Tak bisa ku hidup tanpamu
Terbiasa kau perhatikan aku
Aku dan kamu, itu dia doaku
Aku dan kamu, itulah mimpi besarku
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasanganmu seperti dahulu
Tak bisa aku melupakanmu
Walau kau bukan milikku lagi
Aku dan kamu, itu dia doaku
Aku dan kamu, itulah mimpi besarku
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasanganmu seperti dahulu
Ooohh cintaku....
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasanganmu seperti dahulu
Kau mimpi besarku
Rabu, 17 Oktober 2012
Selasa, 16 Oktober 2012
Bukti Cinta Seorang Sahabat
Home > cerpen > Cerpen Persahabatan Sejati
Cerpen Persahabatan Sejati
Cerpen Persahabatan Sejati adalah cerita yang berceritakan seorang
dengan sahabat sejati yang tidak di makan oleh usia jaman. seperti lagu
berbunyi persahabatan seperti kepompong mulai jadi ulat akan jadi kupu
kupu itu merupakan kata mutiara persahabatan yang sangat erat dan tidak
bisa di pisahkan setelah update cerpen islami
buat sobat yang pengen membaca cerpen persahabatan yang berjudulkan
sahabat sejati yang di ambil dari sumber cerita-anak.blogspot.com.
cerpen persahabatan ini berceritakan sahabat juga bisa seperti kedekatan
tapi melebihi seorang teman dan pacar.
Cerpen Persahabatan border=
“Amanda, Amanda, tunggu aku sebentar”.
Sekolah baru saja usai, Amanda sedang berjalan pulang ketika mendengar
suara seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Terlihat Nisa
berlari mengejarnya dengan tergopoh-gopoh.
“Ada apa Nisa?”, tanya Amanda keheranan.
“Begini, aku mau mengembalikan ini”, kata Nisa sambil mengangsurkan
sebuah tas plastik kepada Amanda.
Amanda, melihat isi tas plastik tersebut, lalu bertanya, “Lho, kenapa
dikembalikan, kamu tidak suka sepatu ini ya?”
“Tidak, ee..., maksudku, aku suka sepatu itu.”
“Lantas mengapa sepatu ini kamu kembalikan kepadaku, apakah kamu tidak
memerlukannya?”, tanya Amanda menyelidik.
“Sebenarnya aku sangat memerlukan sepatu itu, tapi....”, suara Nisa
terhenti, dia ragu-ragu untuk meneruskannya.
“Tapi apa Nisa?”, tanya Amanda lagi.
Nisa teringat dengan kejadian kemarin. Ketika itu, dia baru saja pulang
dari sekolah. Saat masuk rumah, segera ditemuinya Ibunya yang sedang
memasak di dapur.
“Bu…Bu… lihat”, katanya sambil berjingkat-jingkat penuh kegirangan.
Ibunya menengok sebentar ke arah Nisa, kemudian kembali sibuk
mengaduk-aduk masakannya di panci, “Lihat apanya?”
“Lihat ini dong Bu, bagus sekali kan”, kata Nisa sambil mengangkat kaki
kirinya, menunjukkan sepatu baru yang sedang dipakainya.
Ibunya menengok sekali lagi sambil berkata, “Iya, bagus sekali sepatu
yang kau pakai. Omong-omong, sepatu itu pinjam dari siapa?”
“Ah Ibu, ini sepatu milikku”, kata Nisa dengan nada gembira.
“O begitu. Lho, jadi kamu sudah membuka tabunganmu ya. Memangnya sudah
terkumpul banyak uang tabunganmu?”, tanya ibunya.
“Tidak, uang tabunganku masih utuh di dalam celengan. Sepatu ini aku
dapat dari Amanda. Dia yang memberikannya untukku”
“Ah masak sih, kok bisa begitu?”, tanya ibunya tidak percaya. “Ingat,
kamu jangan suka meminta-minta lho pada teman-temanmu”, lanjutnya.
“Tentu tidak dong Bu”, sergah Nisa, “ceritanya begini: kebetulan Amanda
membeli sepatu baru minggu lalu, tapi ternyata sepatu itu kebesaran
sedikit. Karena itu Amanda menawarkannya kepadaku. Lantas aku coba, kok
pas sekali untukku. Lalu Amanda memberikannya untukku”.
“Wah beruntung sekali kamu Nisa. Apakah ayah dan ibu Amanda
mengetahuinya?”, tanya ibu Nisa.
“Tentu saja Bu. Mana berani Amanda memberikannya tanpa sepengetahuan
orang tuanya. Mereka baik sekali ya Bu”, kata Nisa.
“Iya. Tapi aku yakin Bapakmu tidak akan suka”, kata ibu Nisa sambil
tetap memasak.
“Tidak mungkin dong Bu”, kata Amanda yakin, “Bapak pasti juga akan
gembira”.
“Tunggu saja kalau Bapak pulang nanti”, wanti-wanti ibunya.
Benar. Ketika ayahnya pulang ke rumah setelah seharian mengemudi becak,
Nisa langsung menyambutnya dengan memamerkan sepatu barunya. Tapi
jawaban ayahnya seperti perkiraan ibunya tadi.
“Apa? Kau diberi sesuatu lagi oleh temanmu. Cepat kembalikan. Kita sudah
menerima pemberian terlalu banyak dari mereka Nisa. Dulu tas dan
peralatan tulis-menulis. Bulan lalu seragammu juga diberi oleh ayah
Amanda serta uang sekolahmu dilunasinya ketika Bapak tidak punya uang.
Sudah tidak terhitung lagi pemberian mereka kepada kita”
“Tapi Pak, Amanda memberikannya dengan ikhlas kepadaku”, kata Nisa
membela diri.
“Betul. Bapak tidak menyangkal ketulusan hati mereka. Tapi ini sudah
terlalu banyak. Mereka selalu membantu kita, tapi apa yang bisa kita
berikan kepada mereka? Tidak ada”, kata ayah Nisa dengan sedih.
“Mereka tidak mengharapkan balasan dari kita Pak”, kata Nisa mencoba meyakinkan
ayahnya.
“Tidak. Pokoknya sepatu tersebut harus dikembalikan segera”, jawab ayah
Nisa dengan tegas. “Dan jangan menerima lagi pemberian mereka. Keluarga
Pak Ahmad memang baik sekali, tetapi kita tidak bisa terus-menerus
menerima bantuan dari mereka tanpa kita bisa membalasnya. Apa yang bisa
kita berikan kepada mereka, mereka itu kaya sekali dan tidak memerlukan
sesuatu dari kita yang miskin ini”.
“Tapi Pak…”, Nisa mencoba menawar.
“Tidak ada tetapi, ini sudah menjadi keputusan Bapak. Sepatu itu sudah
harus dikembalikan besok”.
“Ya Pak’, kata Nisa menyerah.
Amanda memandang wajah Nisa yang sedih ketika menceritakan alasannya
mengembalikan sepatu pemberiannya tersebut.
“Ya sudah, nggak usah sedih. Bagaimana kalau sepatu ini tetap kamu
simpan saja, tidak usah bilang ayahmu”, kata Amanda menghibur.
“Tidak bisa. Aku sudah janji pada Bapak untuk mengembalikan sepatu ini”,
kata Nisa.
“OK. Aku simpankan dulu ya sepatu ini, nanti jika ayahmu sudah tidak
marah lagi, kamu boleh mengambilnya lagi”
“Baiklah Amanda, kamu baik sekali. Kamu memang sahabatku yang sejati”,
kata Nisa sambil memeluk sahabat karibnya itu.
Keesokan harinya, Amanda tidak masuk sekolah. Nisa mencari-cari ke
manapun di sekolah tapi Nisa tetap tidak tampak juga. Pada jam pelajaran
ketiga Pak Guru memberi pengumuman kepada murid-murid sekelas Nisa:
“Anak-anak, ada kabar buruk. Pak Ahmad, ayah Amanda mengalami kecelakaan
mobil pagi tadi. Beliau terluka parah dan sekarang berada di rumah
sakit memerlukan darah yang cukup banyak. Bapak akan segera meminta
guru-guru untuk mendonorkan darah bagi Pak Ahmad. Kalian dibolehkan
pulang lebih awal.”
Anak-anak segera berebut keluar kelas untuk pulang. Nisa juga segera
keluar ruangan dan berlari menuju ke tempat ayahnya biasa mangkal.
Terlihat ayahnya masih duduk di atas becaknya menunggu calon penumpang.
Nisa bergegas menemuinya dan menceritakan pengumuman Pak Guru tadi.
Mereka berdua segera menuju ke rumah sakit dan menuju ke ruang gawat
darurat di mana ayah Amanda dirawat. Setelah ayah Nisa menjelaskan
maksud kedatangannya, seorang kerabat Pak Ahmad menunjukkan jalan ke
ruang PMI untuk donor darah. Setelah darahnya diambil, terlihat para
guru sekolah Amanda berdatangan dan sebagian mendonorkan darahnya.
Berkat sumbangan darah dari ayah Nisa dan para guru, kondisi Pak Ahmad
segera membaik.
“Terima kasih banyak, Pak Arif”, kata Pak Ahmad pada saat menengok Pak
Ahmad di rumah sakit. “Berkat bantuan Pak Arif, saya bisa pulih kembali
seperti sediakala”.
“Ah tidak Pak, itu memang sudah kewajiban saya untuk membantu sesama.
Apalagi kan selama ini keluarga Pak Ahmad sudah sangat sering membantu
kami, tanpa kami mampu membalasnya”, kata ayah Nisa.
“Pak Arif tidak perlu memikirkan untuk membalasnya. Kami melakukan
semuanya selama ini dengan ikhlas. Nisa kan teman Amanda yang paling
akrab dan sering membantu Amanda dalam belajar dan mengerjakan
tugas-tugasnya. Saya kira itu sudah cukup. Karena itu terima kasih Pak
Arif telah menyelamatkan nyawa saya”, kata ayah Amanda sambil tersenyum.
“Sama-sama Pak, kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
yang tak terhitungkan selama ini”, kata Pak Arif.
Nisa dan Amanda saling berpandangan dengan gembira mendengar percakapan
kedua orang tua mereka.
“Kalau begitu, boleh kan saya memberikan sepatu saya kepada Nisa”, tanya
Amanda.
“Tentu saja, tentu saja Amanda. Begitu kan Pak Arif. Ini sebagai
ungkapan terima kasih kami”, kata ayah Amanda cepat-cepat.
“Baiklah”, jawab ayah Nisa tidak mampu menolaknya.
“Horeeeeeeeeee”, teriak Amanda dan Nisa bersama-sama sambil
melompat-lompat gembira.
“Ha….ha….ha….”, ayah ibu Amanda dan Nisa tertawa berderai melihat
kelakuan kedua anak itu.
Ok teman... semoga saja ya kamu senang dengan kehadiran cerpen
persahabatan diatas. Kalu ada kesempatan lain, akan saya tambahkan lagi
tulisan-tulisan tentang cerpen di blog Karo Cyber. Pokoknya
sering-sering aja yach berkunjung ke blog ini. Salam...
Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/07/cerpen-persahabatan-sejati.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Home > cerpen > Cerpen Persahabatan Sejati
Cerpen Persahabatan Sejati
Cerpen Persahabatan Sejati adalah cerita yang berceritakan seorang
dengan sahabat sejati yang tidak di makan oleh usia jaman. seperti lagu
berbunyi persahabatan seperti kepompong mulai jadi ulat akan jadi kupu
kupu itu merupakan kata mutiara persahabatan yang sangat erat dan tidak
bisa di pisahkan setelah update cerpen islami
buat sobat yang pengen membaca cerpen persahabatan yang berjudulkan
sahabat sejati yang di ambil dari sumber cerita-anak.blogspot.com.
cerpen persahabatan ini berceritakan sahabat juga bisa seperti kedekatan
tapi melebihi seorang teman dan pacar.
Cerpen Persahabatan border=
“Amanda, Amanda, tunggu aku sebentar”.
Sekolah baru saja usai, Amanda sedang berjalan pulang ketika mendengar
suara seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Terlihat Nisa
berlari mengejarnya dengan tergopoh-gopoh.
“Ada apa Nisa?”, tanya Amanda keheranan.
“Begini, aku mau mengembalikan ini”, kata Nisa sambil mengangsurkan
sebuah tas plastik kepada Amanda.
Amanda, melihat isi tas plastik tersebut, lalu bertanya, “Lho, kenapa
dikembalikan, kamu tidak suka sepatu ini ya?”
“Tidak, ee..., maksudku, aku suka sepatu itu.”
“Lantas mengapa sepatu ini kamu kembalikan kepadaku, apakah kamu tidak
memerlukannya?”, tanya Amanda menyelidik.
“Sebenarnya aku sangat memerlukan sepatu itu, tapi....”, suara Nisa
terhenti, dia ragu-ragu untuk meneruskannya.
“Tapi apa Nisa?”, tanya Amanda lagi.
Nisa teringat dengan kejadian kemarin. Ketika itu, dia baru saja pulang
dari sekolah. Saat masuk rumah, segera ditemuinya Ibunya yang sedang
memasak di dapur.
“Bu…Bu… lihat”, katanya sambil berjingkat-jingkat penuh kegirangan.
Ibunya menengok sebentar ke arah Nisa, kemudian kembali sibuk
mengaduk-aduk masakannya di panci, “Lihat apanya?”
“Lihat ini dong Bu, bagus sekali kan”, kata Nisa sambil mengangkat kaki
kirinya, menunjukkan sepatu baru yang sedang dipakainya.
Ibunya menengok sekali lagi sambil berkata, “Iya, bagus sekali sepatu
yang kau pakai. Omong-omong, sepatu itu pinjam dari siapa?”
“Ah Ibu, ini sepatu milikku”, kata Nisa dengan nada gembira.
“O begitu. Lho, jadi kamu sudah membuka tabunganmu ya. Memangnya sudah
terkumpul banyak uang tabunganmu?”, tanya ibunya.
“Tidak, uang tabunganku masih utuh di dalam celengan. Sepatu ini aku
dapat dari Amanda. Dia yang memberikannya untukku”
“Ah masak sih, kok bisa begitu?”, tanya ibunya tidak percaya. “Ingat,
kamu jangan suka meminta-minta lho pada teman-temanmu”, lanjutnya.
“Tentu tidak dong Bu”, sergah Nisa, “ceritanya begini: kebetulan Amanda
membeli sepatu baru minggu lalu, tapi ternyata sepatu itu kebesaran
sedikit. Karena itu Amanda menawarkannya kepadaku. Lantas aku coba, kok
pas sekali untukku. Lalu Amanda memberikannya untukku”.
“Wah beruntung sekali kamu Nisa. Apakah ayah dan ibu Amanda
mengetahuinya?”, tanya ibu Nisa.
“Tentu saja Bu. Mana berani Amanda memberikannya tanpa sepengetahuan
orang tuanya. Mereka baik sekali ya Bu”, kata Nisa.
“Iya. Tapi aku yakin Bapakmu tidak akan suka”, kata ibu Nisa sambil
tetap memasak.
“Tidak mungkin dong Bu”, kata Amanda yakin, “Bapak pasti juga akan
gembira”.
“Tunggu saja kalau Bapak pulang nanti”, wanti-wanti ibunya.
Benar. Ketika ayahnya pulang ke rumah setelah seharian mengemudi becak,
Nisa langsung menyambutnya dengan memamerkan sepatu barunya. Tapi
jawaban ayahnya seperti perkiraan ibunya tadi.
“Apa? Kau diberi sesuatu lagi oleh temanmu. Cepat kembalikan. Kita sudah
menerima pemberian terlalu banyak dari mereka Nisa. Dulu tas dan
peralatan tulis-menulis. Bulan lalu seragammu juga diberi oleh ayah
Amanda serta uang sekolahmu dilunasinya ketika Bapak tidak punya uang.
Sudah tidak terhitung lagi pemberian mereka kepada kita”
“Tapi Pak, Amanda memberikannya dengan ikhlas kepadaku”, kata Nisa
membela diri.
“Betul. Bapak tidak menyangkal ketulusan hati mereka. Tapi ini sudah
terlalu banyak. Mereka selalu membantu kita, tapi apa yang bisa kita
berikan kepada mereka? Tidak ada”, kata ayah Nisa dengan sedih.
“Mereka tidak mengharapkan balasan dari kita Pak”, kata Nisa mencoba meyakinkan
ayahnya.
“Tidak. Pokoknya sepatu tersebut harus dikembalikan segera”, jawab ayah
Nisa dengan tegas. “Dan jangan menerima lagi pemberian mereka. Keluarga
Pak Ahmad memang baik sekali, tetapi kita tidak bisa terus-menerus
menerima bantuan dari mereka tanpa kita bisa membalasnya. Apa yang bisa
kita berikan kepada mereka, mereka itu kaya sekali dan tidak memerlukan
sesuatu dari kita yang miskin ini”.
“Tapi Pak…”, Nisa mencoba menawar.
“Tidak ada tetapi, ini sudah menjadi keputusan Bapak. Sepatu itu sudah
harus dikembalikan besok”.
“Ya Pak’, kata Nisa menyerah.
Amanda memandang wajah Nisa yang sedih ketika menceritakan alasannya
mengembalikan sepatu pemberiannya tersebut.
“Ya sudah, nggak usah sedih. Bagaimana kalau sepatu ini tetap kamu
simpan saja, tidak usah bilang ayahmu”, kata Amanda menghibur.
“Tidak bisa. Aku sudah janji pada Bapak untuk mengembalikan sepatu ini”,
kata Nisa.
“OK. Aku simpankan dulu ya sepatu ini, nanti jika ayahmu sudah tidak
marah lagi, kamu boleh mengambilnya lagi”
“Baiklah Amanda, kamu baik sekali. Kamu memang sahabatku yang sejati”,
kata Nisa sambil memeluk sahabat karibnya itu.
Keesokan harinya, Amanda tidak masuk sekolah. Nisa mencari-cari ke
manapun di sekolah tapi Nisa tetap tidak tampak juga. Pada jam pelajaran
ketiga Pak Guru memberi pengumuman kepada murid-murid sekelas Nisa:
“Anak-anak, ada kabar buruk. Pak Ahmad, ayah Amanda mengalami kecelakaan
mobil pagi tadi. Beliau terluka parah dan sekarang berada di rumah
sakit memerlukan darah yang cukup banyak. Bapak akan segera meminta
guru-guru untuk mendonorkan darah bagi Pak Ahmad. Kalian dibolehkan
pulang lebih awal.”
Anak-anak segera berebut keluar kelas untuk pulang. Nisa juga segera
keluar ruangan dan berlari menuju ke tempat ayahnya biasa mangkal.
Terlihat ayahnya masih duduk di atas becaknya menunggu calon penumpang.
Nisa bergegas menemuinya dan menceritakan pengumuman Pak Guru tadi.
Mereka berdua segera menuju ke rumah sakit dan menuju ke ruang gawat
darurat di mana ayah Amanda dirawat. Setelah ayah Nisa menjelaskan
maksud kedatangannya, seorang kerabat Pak Ahmad menunjukkan jalan ke
ruang PMI untuk donor darah. Setelah darahnya diambil, terlihat para
guru sekolah Amanda berdatangan dan sebagian mendonorkan darahnya.
Berkat sumbangan darah dari ayah Nisa dan para guru, kondisi Pak Ahmad
segera membaik.
“Terima kasih banyak, Pak Arif”, kata Pak Ahmad pada saat menengok Pak
Ahmad di rumah sakit. “Berkat bantuan Pak Arif, saya bisa pulih kembali
seperti sediakala”.
“Ah tidak Pak, itu memang sudah kewajiban saya untuk membantu sesama.
Apalagi kan selama ini keluarga Pak Ahmad sudah sangat sering membantu
kami, tanpa kami mampu membalasnya”, kata ayah Nisa.
“Pak Arif tidak perlu memikirkan untuk membalasnya. Kami melakukan
semuanya selama ini dengan ikhlas. Nisa kan teman Amanda yang paling
akrab dan sering membantu Amanda dalam belajar dan mengerjakan
tugas-tugasnya. Saya kira itu sudah cukup. Karena itu terima kasih Pak
Arif telah menyelamatkan nyawa saya”, kata ayah Amanda sambil tersenyum.
“Sama-sama Pak, kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
yang tak terhitungkan selama ini”, kata Pak Arif.
Nisa dan Amanda saling berpandangan dengan gembira mendengar percakapan
kedua orang tua mereka.
“Kalau begitu, boleh kan saya memberikan sepatu saya kepada Nisa”, tanya
Amanda.
“Tentu saja, tentu saja Amanda. Begitu kan Pak Arif. Ini sebagai
ungkapan terima kasih kami”, kata ayah Amanda cepat-cepat.
“Baiklah”, jawab ayah Nisa tidak mampu menolaknya.
“Horeeeeeeeeee”, teriak Amanda dan Nisa bersama-sama sambil
melompat-lompat gembira.
“Ha….ha….ha….”, ayah ibu Amanda dan Nisa tertawa berderai melihat
kelakuan kedua anak itu.
Ok teman... semoga saja ya kamu senang dengan kehadiran cerpen
persahabatan diatas. Kalu ada kesempatan lain, akan saya tambahkan lagi
tulisan-tulisan tentang cerpen di blog Karo Cyber. Pokoknya
sering-sering aja yach berkunjung ke blog ini. Salam...
Read more at: http://operatorku.blogspot.com/2012/07/cerpen-persahabatan-sejati.html Copyright by operatorku.blogspot.com Terima kasih sudah menyebarluaskan aritkel ini
Ada seorang
cewek yang bernama Vina. Vina duduk di kelas 2 SMK. Dia sedang jatuh
cinta terhadap Dimas, cowok yang sudah kuliah yang di kenalin oleh
sahabatnya, Vanya. Vina beruntung sekali sudah kenal sama Dimas. Karena
selain ganteng, dia juga seseorang yang baik hati, pintar, dan sudah
kuliah sambil kerja. Dia selalu saja mengunjungi Vina. Lama – lama Vina
juga menyukai Dimas lebih dari seorang teman. Dan diam – diam saja Dimas
naksir sahabat Vina, Vanya. Vina tidak mengetahui hal ini. Tapi Vanya
sudah tau bahwa Vina menyukai Dimas. Dan dia juga mengetahui bahwa Dimas
menyukai dirinya. Vanya tidak mau menyakiti sahabat sendiri. Apalagi
Dimas juga mengetahui bahwa Vina menyukainya.“ Van, apa Dimas suka sama gue??? Gue suka banget sama dia. Elo mau kan bantuin gue??? Tapi elo sebagai sahabat gue harus percaya sama gue dan jangan bilang siapa – siapa…” ucap Vina.
Vina kaget. “ Oke deeh...tapi elo juga harus membuat apa yang di sukai oleh Dimas,”
“ Iya, gue pengen banget ngobrol sama Dimas…” ucap Vina.
Vanya tersenyum lalu dia membelai kepala Vina.
Seminggu kemudian, Dimas lalu mengajak Vanya ketemuan. Vanya kaget
banget begitu Dimas nembak Vanya. Vanya emang menganggap Dimas Cuma
sebatas sahabat. Karena ia juga mengetahui bahwa Vina mencintai Dimas.
Vanya emang nggak mau menyakiti Vina sebagai sahabat. Karena sahabat
jauh lebih penting dari pada cowok. Karena sahabat tidak bisa
tergantikan di hati.
“ Vanya, gue suka sama elo…Elo mau jadi cewek gue???” tanya Dimas kepada Vanya.
Vanya menggeleng, “ Sorry, gue nggak bisa menerima elo...Soalnya gue Cuma menganggap elo sebagai sahabat, nggak lebih dari itu…”
Dimas langsung kecewa, “ Kenapa, Van??? Gue suka sama elo sejak awal…sejak sebelum ketemu sama Vina,”
Vanya menggeleng, “ Nggak…beneran. Maaf, gue nggak bisa nerima elo. Kan gue udah bilang kalo gue nganggep elo sebagai sahabat. Dan gue lebih sayang sama Vina. Karena gue tahu, DIA MENCINTAI ELO. Dan elo juga tahu bahwa dia mencintai elo. Dan gue tahu semuanya. Dan gue pengen ngebahagiain Vina. Sahabat itu jauh lebih penting dari pada cowok. Dan dia anak yang baik, pintar, tidak macam – macam, dan pintar segala hal. Gue tahu dia sejak kecil. Dan gue nggak mau mengkhianati dia. Dan dia percaya gue. Please, elo mohon ngertiin gue. Gue nggak mau nyakitin Vina. Gue Cuma pengen elo bersatu sama Vina...Gue pengen Vina bahagia...”
Dimas terpaksa tersenyum. Ia malu bahwa cintanya di tolak oleh Vina. “ Ya udah kalo gitu...gue ngerti posisi elo sama Vina. Gue udah tau semuanya. Tapi gue kan belum pantes buat gue. Inilah jalan terbaik...Cuma gue lagi pikir – pikirin dulu deh masalah Vina. Okey…”
“ Oke deh,” Vanya mengangguk. “ Gue minta elo jadian sama Vina, ya!!!” setelah itu Vanya langsung meninggalkan Dimas dengan wajah Dimas yang tertegun.
Esok harinya, Vanya bercerita kepada Vina bahwa Dimas nembak dia. Vina langsung kaget.
“ APA??? Dimas nembak elo kemarin??? Serius lo???” tanya Vina dengan panik. Dari matanya aja sudah mulai melotot.
“ Iya, gue berkata sejujur mungkin dari pada gue sembunyikan ke elo…” jawab Vanya dengan sejujur mungkin.
“ Terus gimana jawaban elo???” tanya Vina dengan kaget.
Vanya tersenyum, “ Gue nolak dia,”
Di dalam hati Vina langsung lega, “ O ya??? Kenapa elo tolak???”
“ Demi elo, Vina...gue nggak mau menyakiti elo sebagai sahabat gue sendiri. Gue sayang banget sama elo. GUE NGGAK MAU MENGKHIANATI ELO SEBAGAI SAHABAT. GUE TAHU SAHABAT ITU NGGAK BISA DI GANTIKAN OLEH HATI DARI PADA COWOK. Kehilangan cowok itu jauh lebih baik. Gue cuman menganggap Dimas itu sebagai sahabat aja,” ucap Vanya.
Vina tersenyum seakan air matanya keluar, “ Vanya, elo serius nolak dia???”
“ Iya, serius...dia mengetahui perasaan elo. Gue mau ngebahagiain elo. Kan gue punya gebetan lain, Nico. Elo tau Nico, kan???” tanya Vanya. Vina mengangguk.
“ Iya, gue yakin Dimas pasti terluka hatinya,” ucap Vina sambil sesenggukan.
“ Iya, tapi ini demi elo, Vina. Gue nggak mau nyakitin elo sebagai sahabat gue. Dan gue mengorbankan Dimas buat elo. Karena gue mencintai cowok lain. Vina, gue pengen elo bahagia…” ucap Vanya sambil mengeluarkan air mata juga.
“ Vanya, thanks banget ya. Karena elo mau mengorbankan cinta gue. Dan elo tau bahwa gue sayang banget sama Dimas. Tapi gue yakin elo sahabat sejati gue,” ucap Vina sambil memeluk Vanya.
Vanya membalas pelukan Vina. Bahwa dia mencintai sahabat juga. Karena ia rela mengorbankan perasaannya sendiri.
“ Please, gue minta elo jadian sama Dimas,” ucap Vanya dengan pelan.
Vina mengangguk.
Seminggu kemudian, Dimas dan Vina lalu ketemuan di pinggir danau. Sedangkan Vanya yang mengatur pertemuan mereka semua. Dan ini semua kejutan Vanya untuk Vina.
“ Hmm, Dimas…apa yang ada di pikiran kamu sekarang???” tanya Vina kepada Dimas.
Dimas melirik Vina sambil tersenyum. Ia sudah mulai jatuh cinta kepada Vina.
“ Kok kamu diam aja???” tanya Vina. “ Apa Vanya masih ada di pikiran kamu????”
Dimas menggeleng.
“ Oh, emang siapa???” tanya Vina.
“ Kamu, Vina!!!” ucap Dimas. “ Kamu mau jadi pacar aku sekarang??? Tentu saja aku mau membahagiakan kamu, Vin!!!”
Vina tersenyum bahagia ketika Dimas mengucapkan itu. Dia lalu mencubit lengannya. Ternyata sakit. Ini bukan mimpi.
“ Vina,” ucap Dimas sambil menggenggam tangan Vina. “ Kita jadian sekarang, yuk!!!”
Vina mengangguk. Dimas tersenyum. Dia lalu memeluk Vina dan mencium kening Vina.
Vanya, terima kasih banyak ya. Karena elo sahabat sejati gue. Ucap Vina di dalam hati.
Esok harinya, Vina lalu bertemu Vanya, “ Vanya, gue bahagia banget...”
“ Kenapa, Vin??? Pasti Dimas, kan??? Heheheeh…” goda Vanya.
“ Ya….iyalaaah…siapa lagi. Ternyata gue jadian sama Dimas,” ucap Vina dengan berbinar – binar.
“ Oh, ya??? Selamet ya...” ucap Vanya sambil menjabat tangan Vina.
“ makasih,” ucap Vina.
“ Bener kan, gue nggak mau nyakitin elo. Coba kalo gue yang jadian sama dia. Elo pasti yang musuhin gue dan babak belur lo. Gue nggak mau elo sampe patah hati gitu,”
“ Terima kasih, elo sahabat yang baik, Van...” ucap Vina sambil menatap Vanya. Ia tahu bahwa persahabatan itu jauh lebih penting. Karena sahabat itu tidak bisa tergantikan di hati. Ia nggak mau teman makan teman. Vina beruntung memiliki sahabat yang baik, pengertian, sabar, dan mau mengorbankan perasaannya untuk Vina. Jarang sekali ada cewek yang kayak Vanya begitu. Vanya sangat benci terhadap PENGKHIANATAN SAHABAT.
“ Vanya, gue suka sama elo…Elo mau jadi cewek gue???” tanya Dimas kepada Vanya.
Vanya menggeleng, “ Sorry, gue nggak bisa menerima elo...Soalnya gue Cuma menganggap elo sebagai sahabat, nggak lebih dari itu…”
Dimas langsung kecewa, “ Kenapa, Van??? Gue suka sama elo sejak awal…sejak sebelum ketemu sama Vina,”
Vanya menggeleng, “ Nggak…beneran. Maaf, gue nggak bisa nerima elo. Kan gue udah bilang kalo gue nganggep elo sebagai sahabat. Dan gue lebih sayang sama Vina. Karena gue tahu, DIA MENCINTAI ELO. Dan elo juga tahu bahwa dia mencintai elo. Dan gue tahu semuanya. Dan gue pengen ngebahagiain Vina. Sahabat itu jauh lebih penting dari pada cowok. Dan dia anak yang baik, pintar, tidak macam – macam, dan pintar segala hal. Gue tahu dia sejak kecil. Dan gue nggak mau mengkhianati dia. Dan dia percaya gue. Please, elo mohon ngertiin gue. Gue nggak mau nyakitin Vina. Gue Cuma pengen elo bersatu sama Vina...Gue pengen Vina bahagia...”
Dimas terpaksa tersenyum. Ia malu bahwa cintanya di tolak oleh Vina. “ Ya udah kalo gitu...gue ngerti posisi elo sama Vina. Gue udah tau semuanya. Tapi gue kan belum pantes buat gue. Inilah jalan terbaik...Cuma gue lagi pikir – pikirin dulu deh masalah Vina. Okey…”
“ Oke deh,” Vanya mengangguk. “ Gue minta elo jadian sama Vina, ya!!!” setelah itu Vanya langsung meninggalkan Dimas dengan wajah Dimas yang tertegun.
Esok harinya, Vanya bercerita kepada Vina bahwa Dimas nembak dia. Vina langsung kaget.
“ APA??? Dimas nembak elo kemarin??? Serius lo???” tanya Vina dengan panik. Dari matanya aja sudah mulai melotot.
“ Iya, gue berkata sejujur mungkin dari pada gue sembunyikan ke elo…” jawab Vanya dengan sejujur mungkin.
“ Terus gimana jawaban elo???” tanya Vina dengan kaget.
Vanya tersenyum, “ Gue nolak dia,”
Di dalam hati Vina langsung lega, “ O ya??? Kenapa elo tolak???”
“ Demi elo, Vina...gue nggak mau menyakiti elo sebagai sahabat gue sendiri. Gue sayang banget sama elo. GUE NGGAK MAU MENGKHIANATI ELO SEBAGAI SAHABAT. GUE TAHU SAHABAT ITU NGGAK BISA DI GANTIKAN OLEH HATI DARI PADA COWOK. Kehilangan cowok itu jauh lebih baik. Gue cuman menganggap Dimas itu sebagai sahabat aja,” ucap Vanya.
Vina tersenyum seakan air matanya keluar, “ Vanya, elo serius nolak dia???”
“ Iya, serius...dia mengetahui perasaan elo. Gue mau ngebahagiain elo. Kan gue punya gebetan lain, Nico. Elo tau Nico, kan???” tanya Vanya. Vina mengangguk.
“ Iya, gue yakin Dimas pasti terluka hatinya,” ucap Vina sambil sesenggukan.
“ Iya, tapi ini demi elo, Vina. Gue nggak mau nyakitin elo sebagai sahabat gue. Dan gue mengorbankan Dimas buat elo. Karena gue mencintai cowok lain. Vina, gue pengen elo bahagia…” ucap Vanya sambil mengeluarkan air mata juga.
“ Vanya, thanks banget ya. Karena elo mau mengorbankan cinta gue. Dan elo tau bahwa gue sayang banget sama Dimas. Tapi gue yakin elo sahabat sejati gue,” ucap Vina sambil memeluk Vanya.
Vanya membalas pelukan Vina. Bahwa dia mencintai sahabat juga. Karena ia rela mengorbankan perasaannya sendiri.
“ Please, gue minta elo jadian sama Dimas,” ucap Vanya dengan pelan.
Vina mengangguk.
Seminggu kemudian, Dimas dan Vina lalu ketemuan di pinggir danau. Sedangkan Vanya yang mengatur pertemuan mereka semua. Dan ini semua kejutan Vanya untuk Vina.
“ Hmm, Dimas…apa yang ada di pikiran kamu sekarang???” tanya Vina kepada Dimas.
Dimas melirik Vina sambil tersenyum. Ia sudah mulai jatuh cinta kepada Vina.
“ Kok kamu diam aja???” tanya Vina. “ Apa Vanya masih ada di pikiran kamu????”
Dimas menggeleng.
“ Oh, emang siapa???” tanya Vina.
“ Kamu, Vina!!!” ucap Dimas. “ Kamu mau jadi pacar aku sekarang??? Tentu saja aku mau membahagiakan kamu, Vin!!!”
Vina tersenyum bahagia ketika Dimas mengucapkan itu. Dia lalu mencubit lengannya. Ternyata sakit. Ini bukan mimpi.
“ Vina,” ucap Dimas sambil menggenggam tangan Vina. “ Kita jadian sekarang, yuk!!!”
Vina mengangguk. Dimas tersenyum. Dia lalu memeluk Vina dan mencium kening Vina.
Vanya, terima kasih banyak ya. Karena elo sahabat sejati gue. Ucap Vina di dalam hati.
Esok harinya, Vina lalu bertemu Vanya, “ Vanya, gue bahagia banget...”
“ Kenapa, Vin??? Pasti Dimas, kan??? Heheheeh…” goda Vanya.
“ Ya….iyalaaah…siapa lagi. Ternyata gue jadian sama Dimas,” ucap Vina dengan berbinar – binar.
“ Oh, ya??? Selamet ya...” ucap Vanya sambil menjabat tangan Vina.
“ makasih,” ucap Vina.
“ Bener kan, gue nggak mau nyakitin elo. Coba kalo gue yang jadian sama dia. Elo pasti yang musuhin gue dan babak belur lo. Gue nggak mau elo sampe patah hati gitu,”
“ Terima kasih, elo sahabat yang baik, Van...” ucap Vina sambil menatap Vanya. Ia tahu bahwa persahabatan itu jauh lebih penting. Karena sahabat itu tidak bisa tergantikan di hati. Ia nggak mau teman makan teman. Vina beruntung memiliki sahabat yang baik, pengertian, sabar, dan mau mengorbankan perasaannya untuk Vina. Jarang sekali ada cewek yang kayak Vanya begitu. Vanya sangat benci terhadap PENGKHIANATAN SAHABAT.
Minggu, 14 Oktober 2012
One Direction :*
One Direction Boyband- Halo sobat, pasti udah tau dong Boyband One Direction. Itu tuh boyband yang berasal dari Inggris – Irlandia yang terdiri dari cowok-cowok yang berparas ganteng dan menarik bagi kaum hawa. Personil One Direction terdiri dari 5 orang yaitu Niall Horan, Zainal Malik, Liam Payne, Harry Styles dan Louis Tomlinson. Mereka jebolan dari The X Factor, kelompok One Direction ini menandatangani kontrak rekaman dengan anak perusahaan Sony Music Record Syco.
Single perdana One Direction itu “What Makes You Beautiful” dirilis pada tanggal 11 September 2011. Single ini memulai debutnya di UK Singles Chart di nomor satu pada 18 September 2011. Oke berikut ini Biodara dan Profil Lengkap One Direction :
Biodata Personil One Direction Boyband
BIODATA HARRY STYLES (ONE DIRECTION)
Nama Lengkap : Harry Edward Styles
Lahir : 1 Februari 1994
Asal : Holmes Chapel, Cheshire, UK
Agama : Kristen
Film fav. : Love Actually
Lagu fav. : Shine On You Crazy Diamond – Pink Flyod
Hobi : Main tenis dan badminton
Twitter : @Harry_Styles
Nama Lengkap : Zayn Javadd Malik
Nama Asli : Zain
Lahir : 12 Januari 1993
Asal : Lane Baildon, Bradford, UK
Agama : Islam
Twitter : @zaynmalik
BIODATA NIALL HORAN (ONE DIRECTION)
Nama Lengkap : Niall James Horan
Lahir : 13 September 1993
Asal : Mullingar, County Westmeath, Ireland
Agama : Kristen
Film fav. : Grease
Warna fav. : Hijau
Alat musik fav. : Gitar
Twitter : @niallofficial
BIODATA LOUIS TOMLINSON (ONE DIRECTION)
Nama Lengkap : Louis William Tomlinson
Lahir : 24 Desember 1991
Asal : Doncaster, South Yorkshire, UK
Agama : Kristen
Film fav. : Grease
Band fav. : The Fray
Twitter : @Louis_Tomlinson
BIODATA LIAM PAYNE (ONE DIRECTION)
Nama Lengkap : Liam James Payne
Lahir : 29 Agustus 1993
Asal : Wolverhampton, West Midlands, UK
Agama : Kristen
Hobi : Main Basket
Aktor fav. : Adam Sandler
Twitter : @Real_Liam_Payne
Langganan:
Postingan (Atom)